Agnimaya
Berawal dari Ricky Sambur (Manager) yang mana kala itu melihat potensi atas kesenangan Ijes (Vokalis) dalam menulis lagu dan penulisan-penulisan puisi yang puitis nan dramatis oleh AdenRamma (Gitaris), untuk membentuk dan mempersatukan keduanya, di tahun 2017 tepatnya di Jakarta, terbentuklah Agnimaya menjadi sebuah duo pop-folk. Atas ketertarikan pada beberapa musisi papan atas seperti Banda Neira, Chrisye, Frau, Sigur Ros, Coldplay, The Beatles, Bon Iver, Novo Amor, Hollow Coves, Billy Marten dan tak lupa Guruh Gypsy serta Guruh Soekarno Putra, membuat Agnimaya menjadi duo pop-folk yang mengawang dalam balutan nada yang catchy. Dalam Sanskerta India, Agnimaya memiliki arti “hangatâ€. Tanpa memiliki nilai filosofis dalam pemilihan kata, Agnimaya justru lihai memberikan makna yang filosofis dalam penggambaran markah kata. Memilih seni kaligrafi ambigram sebagai simbol, mendesain kata yang upside-down secara garis horizontal, Agnimaya ingin menyampaikan bahwa “Kehidupan manusia sudah tergariskan oleh semesta sedemikian rupa, meski terkadang luput dalam melangkah melewati skenario-Nya, pada akhirnya, manusia akan kembali pada arah yang sudah digariskan.†Dengan memiilih kata agnimaya, harapan klise turut hidup di dalamnya, lewat kekaryaan dan tiap pertunjukkan, semoga kehangatan ini dapat memeluk hati yang tulus dan mampu menjadi pemberi semangat atas pendengar dan penikmat Agnimaya. Seiring berjalan Agnimaya, menjadi duo ternyata tak mampu mengisi kekosongan saat berada di atas panggung, mereka pun memutuskan untuk mengisinya dengan berbagai musisi pinjaman, pada akhirnya Agnimaya resmi menjadi sebuah band dengan formasi Ijes pada Vokal, Aden Ramma pada Gitar Akustik, Dio pada Gitar Elektrik, Cahyo pada Bass, Rachel pada Piano dan Satria pada Drum. Formasi ini, memperkuat warna lagu-lagu mereka sebagai band pop-folk dengan nada yang senafas khas lakon pertunjukkan teatrikal, scenery, cinematic & dramatic, terdengar fiksi sekaligus dreamy.